Arsip Panitia 100 Tahun Sisingamangaraja XII
Kilas Balik
Raja Sisingamangaraja XII, pahlawan yang sakti, walaupun perjuangan yang dilakukan beliau di sekitar Sumatera Utara, tetapi dampaknya seluruh bangsa merasakannya, Presiden Republik Indonesia selalu berkunjung ke makamnya di Soposurung – Balige. Sampai saat ini, setiap orang tidak berhenti membicarakan beliau.
Menurut saya, nilai-nilai kepahlawanan Raja Sisingamangraja XII harus diimplementasikan oleh seluruh bangsa
Saya berusaha untuk meneladani kepemimpinan beliau
Beberapa waktu yang lalu saya melakukan napak tilas mulai dari Pusuk Buhit sampai Soposurung dan menyaksikan situs Pusuk Buhit sebagai tempat asal muasal Batak, yang bermula dari Raja Batak. Napak Tilas berakhir di makam Raja Sisingamangaraja XII di Soposurung sebagai Raja Batak yang benar-benar saya kagumi. Spirit dan keteladanan beliau yang saya mau ikuti, bukan gelar Raja Batak seperti yang diberitakan belakangan ini. Saya begitu dekat dengan Batak, sejak tahun 1971 saya sudah diberi marga Silaban, jauh sebelum saya jadi Bupati Langkat, saya sudah hidup berdampingan, bersaudara dengan Batak, sampai saat ini masyarakat saya dari Batak yang bermukim di Langkat saya pimpin, saya kasihi dan saya mengayomi mereka.
Saya harus mengerti sistem kepemimpinan Batak seperti yang pernah diterapkan oleh Raja Sisingamangaraja XII, sehingga untuk itu saya melakukan napak tilas dari Pusuk Buhit sampai Soposurung- Balige, bukan untuk mencari gelar Raja Batak.
Raja Sisingamangaraja XII sebagai Pahlawan Nasional pemimpin pluralis, merupakan pemimpin yang harus kita teladani.
Dalam perjalanan dari Pusuk Buhit samapi ke Soposurung, sayan melihat keindahan alam Danau Toba dan sekitarnya, serta pemukiman masyarakat-masyarakat Batak. Saya mengimbau kiranya orang Batak di perantauan berperan serta untuk membangun Bona Pasogit, karena Bona Pasogit mempunya potensi ekonomi yang sangat luar biasa, tapi belum dipoles(seperti “Gerakan Seribu Minang” yang dilakukan masyarakat Minangkabau perantauan). Saya juga menyarankan supaya Pemerintah Daerah membuat Perda-perda tentang pembangunan rumah-rumah berarsitektur Batak di daerah-daerah tertentu di sekitar Danau Toba dan juga kalaulah boleh Tugu/Tambak janganlah lebih bagus/indah dari rumah tempat tinggal masyarakat Batak. Karena rumah adalah pusat kehidupan. Dari rumahlah bermula segala aktifitas, rencana dan kegiatan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar